Surat Untuk Polisi Militan "PM"

Ilustrasi AI
Sumber :

Tapi apa balasannya? Dijadikan bola pimpong antar satuan. Hari ini dipanggil PM, besok dipanggil pemilik modal, karena barang hasil hutangan, lusa diajak ngopi sama bawahan. Ini serupa mantra gelap yang dipahami semua orang.

Tak pernah tertulis dalam aturan. Jika pedagang tidak mengerti, dituduh membangkang. Jika mengerti, dianggap setoran. Begitu rakyat kecil tidak paham jalur, langsung dianggap kriminal. Tapi begitu tahu sedikit, dicurigai sebagai jaringan.

PM: Polisi Militan atau Pemersulit Masyarakat?

PM semestinya jadi pelindung hukum, bukan penafsir tunggal keinginan. Tapi kini malah seperti penyidik bayangan, yang kerjanya setengah terang, setengah gelap. 

Tangkap dulu, cari pasalnya nanti. Simpan dulu barangnya, bikin kabut prosedur kemudian.

Dan ketika pedagang menjelaskan lebih dalam, mereka menganggap ada yang disembunyikan: siapa dalang pengendali pengiriman? siapa pemilik asli barang? 

Tapi mereka pikir rakyat tidak tahu siapa siapa saja yang selama ini bermain di belakang lencana?

Tapi tak semua bisa dibuka. Sebab jika saya ungkap semua data dan foto dengan vulgar, bisa jadi wajah yang penuh bintang akan dipenuhi bintik-bintik hitam dari kotoran sendiri.

Saya tahu, tulisan ini samar. Bukan karena saya takut. Tapi karena saya sadar, bahwa terlalu banyak kamera yang mengintai, bukan untuk menuntaskan kebenaran, melainkan untuk menghancurkan reputasi institusi.

Jangan Main-Main dengan Warung Kecil

Saya menulis ini bukan untuk menyerang. Tapi untuk mengingatkan: jangan jadikan rakyat kecil sebagai alat negosiasi hukum. 

Jangan buat mereka jadi komoditas untuk menaikkan nilai tawar di antara para bos.

Sebab jika rakyat sudah muak, dan semua data mereka buka, maka yang akan terbakar bukan warung kecil, tapi kantor besar yang penuh bendera kehormatan.

Jangan paksa rakyat memilih antara diam dan rusak. Karena saat mereka mulai bicara, bukan hanya tembok yang runtuh, tapi juga kepercayaan.

Terakhir pesan kepada Bos PM, tegakkanlah keadilan, sebelum keadilan menghantam balik. Kooperatiflah, karena jalan tidak didapat dengan cara instan. Ia diperoleh dengan cara halal dan pola persahabatan.