Berikut Asal-usul Trah Para Raja di Madura

Pasarean Kiai Demang di Plakaran Arosbaya Bangkalan
Sumber :

 

Di kala itu ia mengaku sebagai penguasa Majapahit, Janggala, dan Kadiri. Pusat pemerintahan Dyah Ranawijaya terletak di Daha. Dengan kata lain, saat itu Daha adalah ibu kota Majapahit.

 

Sementara Babad Sengkala mengisahkan pada tahun 1527 Kadiri atau Daha runtuh akibat serangan Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak. Tidak diketahui dengan pasti apakah saat itu penguasa Daha masih dijabat oleh Bhra Ranawijaya atau tidak. Tetapi, jikalau benar demikian, berarti Ranawijaya merupakan raja Daha yang terakhir.

 

Dimungkinkan, Bhra Ranawijaya inilah yang namanya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa sebagai raja Majapahit yang terakhir, yang namanya kemudian disingkat sebagai Brawijaya.

 

Kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan berakhir pada tahun 1478. Oleh karena itu, Brawijaya pun dikisahkan meninggal pada tahun tersebut.

 

Kembali pada Pangeran Demang, di stambook Madura Barat, Ario Damar disebut sebagai anak Brawijaya V. Sang raja memerintah pada 1468-1478 M.

 

Sosok ini sering diidentikkan dengan tokoh Bhre Kertabumi. Namun terlepas dari asumsi-asumsi itu, penulisan Pangeran Demang sebagai cucu dari Brawijaya V itu masih memerlukan kajian lebih lanjut.

 

Pasalnya dari Pangeran Demang sampai Ario Damar saja hitungannya ada 5 generasi. Sehingga agak aneh jika Ario Damar tetap disambungkan pada Brawijaya V yang memerintah pada 1468-1478 M. Dalam sebuah pendapat, Brawijaya ayah Ario Damar diidentifikasi sebagai Wikramawardana, yaitu Raja Majapahit setelah Hayam Wuruk.

 

Versi lain di sebuah manuskrip kuna, Pangeran Demang tercatat sebagai keturunan Sunan Giri (Ainul Yaqin/Raden Paku). Bahkan di makamnya saat ini, beliau ditulis sebagai cucu Sunan Giri.

 

Pertapa Sakti

 

Pangeran Demang lahir dari pasangan Ario Pojok dan Nyai Ageng Budho (keturunan Lembu Petteng, salah satu anak Brawijaya juga).

 

Dalam catatan Zainalfattah, Pangeran Demang lahir di desa bernama Demongan. Sehingga kadang beliau juga ditulis Kiai Demong. Desa Demongan dahulu masuk kabupaten Sampang.

 

Ayah Pangeran Demang, Ario Pojok merupakan Kamituwo di Madegan, Sampang.

 

Sejak kecil, Pangeran Demang dikisahkan memiliki perbawa besar. Beliau juga dikenal suka bertapa, dan disenangi banyak orang.