Surat Untuk Polisi Militan "PM"

Ilustrasi AI
Sumber :

Oleh: Fauzi As

Hari ke-5 SAR, Lima Jenazah Kembali Ditemukan di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Tulisan ini bukan hoaks, bukan pula laporan resmi. Ini hanya selembar suara dari warung pinggir jalan, jika salah penanganan bisa saja masuk di meja rapat Mabes.

Pesan ini saya tujukan, dengan segala kehormatan berisi kepedihan, kepada Pimpinan Polisi Militan, atau yang oleh orang-orang biasa disebut: PM.

Peredaran Rokok Ilegal di Pamekasan Madura Merajalela, Beranikan Menkeu RI Menidak?

Cerita ini dimulai seperti biasa: ada penangkapan rokok ilegal di sebuah kota besar yang namanya masih saya simpan. 

Biasa saja, karena memang itulah kerja polisi, menangkap. Tapi entah kenapa, yang satu ini agak beda rasa.

Terungkap, Bea Cukai Madura Sebut Kebakaran PR Rudal Mas Diduga Isi Mesin Rokok Ilegal

Mobil pengangkut rokok itu, konon disopiri oleh anggota. Ya, anggota. Tapi anggota apa? TNI? Polri? Ormas berkostum militer? Atau mungkin hanya “anggota bayaran” yang digaji khusus oleh bosnya sendiri?

Tenang saja, saya simpan dulu nama satuannya. Akan saya buka pelan-pelan, seperti api kecil yang bisa saja membakar sarungnya sendiri.

Yang membuat kisah ini makin lucu adalah: sang “anggota” sudah diperiksa dan katanya sedang diproses.

Tapi rokoknya? Masih beku, diam di tempat entah di mana, ini seperti kasus penemuan mayat yang belum dibawa ke kamar jenazah.

Sudah lebih dari sebulan, tak kunjung diserahkan ke Bea Cukai. Tak ada berita acara, tak ada pelimpahan, yang ada hanya bisikan pelan dari seorang bos “PM” yang bilang: "Panggil dulu pemiliknya, baru bisa lanjut."

Loh, Bos, ini logika hukum atau drama sinetron? Kalau yang bawa anggota situ sendiri, yang nyetir mobil juga bagian dari pasukan sendiri, kenapa justru pedagang eceran yang akan dijadikan tumbal di muka publik?

Sebagian besar pedagang ini, jangankan pabrik, alamat gudang pun mereka tidak tahu. Mereka hanya kenal sales jalanan, itu pun hanya sesekali lewat.

Tapi sekarang mereka diminta hadir seolah-olah bos utama yang mengendalikan mata rantai rokok dari atas sampai ke label cukai. Bayangkan rakyat kecil, baru belajar jualan, tiba-tiba dipaksa ikut audisi seperti di KPK.

Kooperatif Tapi Tetap Dipojokkan

Yang lebih menyakitkan adalah: pedagang justru sangat kooperatif. Mereka tidak lari, tidak ngeles, bahkan siap memberi data. 

Halaman Selanjutnya
img_title