Belajar Bijak dari Bang Zia: Antara Bola, Takdir, dan Ulang Tahun yang Tidak Pernah Dirayakan

Komisaris Madura United, ZIA UL HAQ
Sumber :

 

Praktik Curang SPBU Dikepulauan Sumenep, Disinyalir Pertamina Tutup Mata

Kalau ia diberi amanah, ia peluk dengan dua tangan. Kalau gagal, ia tidak lari. Dalam dunia yang penuh alasan dan pembenaran, orang seperti ini semakin langka.

 

DUA SISWA SMK DI BANGKALAN BERKELAHI HEBAT, DIPICU SALING EJEK DI MEDSOS

Dan di hari ulang tahunnya, saya ingin menulis bukan untuk memuji, tapi untuk mengingatkan: bahwa menjadi dewasa bukan soal umur, tapi soal kesediaan memikul sesuatu dengan lapang dada. 

 

Peringatan Hari Sumpah Pemuda, UTM Lantik Dekan dan Direktur Pascasarjana

Bang Zia adalah orang yang menua dengan tanggung jawab, bukan dengan keluhan.

 

Saya menyebutnya “senior dalam perjuangan”, bukan karena umurnya lebih tua, tapi karena hatinya lebih matang.

 

Ia tidak banyak bicara tentang hidup, tapi hidupnya sendiri adalah pelajaran. Kadang saya berpikir, kalau hidup ini seperti pertandingan bola, maka Bang Zia bukan penyerang yang haus gol, melainkan kapten yang diam-diam menjaga ritme permainan agar semua tetap solid.

 

Ulang tahun baginya mungkin cuma angka. Tapi bagi kami yang mengenalnya, setiap tahun yang ia lewati adalah tanda bahwa masih ada orang yang bisa dipercaya di tengah zaman yang penuh tipu-tipu.

 

Orang yang tidak menjual prinsip demi kenyamanan, tidak menggadaikan teman demi jabatan, dan tidak menukar tanggung jawab dengan alasan.

 

Jadi, selamat ulang tahun, Bang Zia. Semoga panjang umur bukan sekadar doa, tapi perpanjangan kesempatan untuk terus menebar manfaat.

 

Dunia ini butuh lebih banyak orang yang hidupnya seperti engkau: sederhana tapi berarti, tenang tapi tajam, bijak tapi tetap punya tawa.

 

Dan kalau suatu saat nanti engkau benar-benar merayakan ulang tahunmu, semoga bukan dengan lilin dan kue, tapi dengan segelas kopi dan cerita lama- tentang bagaimana kita pernah nakal, lalu belajar jadi biasa, lalu naik tangga jadi dewasa, dan akhirnya, kalau Tuhan berkenan, belajar menjadi bijaksana.