Ayam Jantan dan Safari Rakyat di Ujung Negeri

Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Rudi Saladin ketika di Sumenep
Sumber :

 

Praktik Curang SPBU Dikepulauan Sumenep, Disinyalir Pertamina Tutup Mata

“Negeri ini tidak bisa dijaga dengan senjata saja, tapi dengan hati yang sadar dan jiwa yang kuat.”

 

DUA SISWA SMK DI BANGKALAN BERKELAHI HEBAT, DIPICU SALING EJEK DI MEDSOS

Lho, ini jenderal atau filsuf? Tapi barangkali, kita memang butuh pemimpin yang bisa menyatukan keduanya. Seperti Sultan Hasanuddin di masa lalu, ayam jantan dari timur yang bukan hanya gagah di medan perang, tapi juga kuat menjaga marwah rakyatnya.

 

Peringatan Hari Sumpah Pemuda, UTM Lantik Dekan dan Direktur Pascasarjana

Safari Tanpa Karpet Merah

Di negeri lain, safari berarti rombongan pejabat, foto drone, dan seragam yang disetrika lima lapis. Tapi safari Rudy Saladin tidak punya panggung. 

 

Ia jalan kaki, menyapa, bahkan duduk di tikar usang. Tidak ada karpet merah, hanya pasir pantai dan suara debur ombak.

 

Bersama Ketua PW GP Ansor Jatim, H. Musaffa Safril, ia membuktikan bahwa jabatan tinggi tidak membuat telinga tuli. Ia tidak membagi-bagikan brosur, tapi membagikan perhatian. Di dunia politik, itu sudah termasuk bentuk sedekah langka.

 

Penghargaan yang Menyentuh Langit.

 

Di Masalembu, tiga prajurit mengamankan sabu 43 kg. Biasanya? Dapat piagam dan foto. Tapi Rudy memberi mereka tiket umrah dan ziarah rohani. Bahkan kesempatan dalam pendidikan lanjutan. 

 

Ini bukan cuma penghargaan. Ini upaya menyulap pengabdian jadi masa depan.

Ini bukan birokrasi. Ini sebuah contoh peradaban kecil.

 

Dan di tengah zaman di mana penghargaan sering diberikan karena “kenalan”, Pangdam Rudy membuktikan bahwa ketulusan masih bisa memimpin upacara.

 

Dialog Tanpa Pidato di Gili Iyang

Di pulau dengan kadar oksigen tertinggi di dunia, ia tidak merasa paling tinggi. Ia pamer empati. Tidak datang selfie, tapi datang berbincang. Tentang tanah, air, dan harga diri. 

 

Karena rakyat tidak butuh pemimpin yang bicara megah, tapi yang sudi duduk dan mendengar keluh pelan.

 

Safari itu berakhir di Masjid Agung Sumenep. Idul Adha, sholat berjamaah, dan penyembelihan kurban. Tapi ini bukan kurban politik. Pangdam sendiri yang bayar. Sendiri.

“Kalau kita meninggal, kurban ini yang jadi kendaraan kita. Maka saya tidak mau dibayari siapa pun.” Pesan beliau pada temannya.

 

Dari Pangdam Jadi Pemimpin Umat

Halaman Selanjutnya
img_title