Rudy Saladin dan Ramalan 2055
Yang paling berharga dari Rudy Saladin bukan deretan prestasi, tapi tiga pesan moralnya:
• Cepat Tidak Mendahului
Cepat itu baik, asal tidak jadi tukang salip. Cepat sejati adalah sigap tanpa meninggalkan yang lain. Pemimpin, kata Pangdam, bukan pembalap, tapi pengarah barisan.
• Pintar Tidak Menggurui
Di negeri kita, pintar sering berarti pandai mendikte. Tapi kepintaran sejati adalah membuat orang lain merasa ikut pintar. Ngerti kahanan, kata orang Jawa. Pintar yang membumi, bukan pintar yang membuat orang lain merasa bodoh.
• Tajam Tidak Melukai
Ketajaman pikiran sejati bukan untuk menikam, tapi menolong. Seperti pisau dapur: membelah bawang, bukan menusuk tetangga. Menegur tanpa mempermalukan, mengingatkan tanpa merobek harga diri.
Tiga pesan ini sederhana, tapi sebetulnya kitab kehidupan. Kalau saja dijalankan di ruang politik, mungkin rapat DPR tak lagi jadi ajang lempar kursi, sidang kabinet tak lagi lomba teriak, dan media sosial tak lagi jadi pasar fitnah pemecah bangsa.
Kepemimpinan yang Membimbing
Di usia 50 tahun, Rudy Saladin membuktikan bahwa kepemimpinan sejati bukan soal deretan bintang di pundak, melainkan cahaya di hati. Orang yang berjumpa dengannya merasa sedang bertemu orang tua, guru, bukan sekadar ditegur komandan.
Silaturahmi, struktur, dan senioritas yang ia tekankan bukan untuk menyombong, melainkan untuk menata. Tanpa struktur, organisasi hanya orkestra tanpa dirigen: ramai tapi sumbang. Ia menjaga harmoni, bukan sekadar komando.
Ia benar-benar Ayam Jantan dari Timur. Bukan sekadar berkokok, tapi membangunkan kesadaran. Pesannya sederhana: cepat yang sabar, pintar yang rendah hati, tajam yang penuh kasih.
Kalau semua pemimpin meneladani itu, rakyat tak lagi cemas tiap kali ada pergantian pejabat. Karena yang berkokok bukan jam weker kekuasaan, melainkan hati nurani yang jernih. Saya duduk bersama beberapa tokoh di meja nomor 20, salah satu tokoh berbisik penuh harap, mudah-mudahan Rudy Saladin lima tahun memimpin Kodam V/Brawijaya.
Dan jika undangan itu benar ramalan 2055, saya hanya bisa berharap: di usia 75 tahun nanti, Ayam Jantan dari Timur masih sanggup berkokok bukan sekadar membangunkan orang dari tidurnya, tapi terus membangunkan, merajut bangsa ini dari keterpurukan dan perpecahan.