Peringati HSN 2025, Berikut Motivasi Siswa di Bangkalan

Upacara HSN 2025 di Bangkalan Madura
Sumber :

Bangkalan-, Suasana halaman sekolah di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, pagi itu tak seperti biasanya. Udara sejuk menyelimuti halaman sekolah, namun semangat para siswa justru membara. Dentuman tabuh rebana menggema, mengiringi langkah para siswa yang kompak mengenakan sarung, peci, dan gamis putih. Mereka berbaris rapi di bawah kibaran bendera merah putih — memperingati Hari Santri Nasional dengan penuh khidmat dan haru.

Laka Maut Suramadu, Korlantas Polda Jatim : Diduga Kuat Sopir Bus Mengantuk

 

Upacara dimulai dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an, menambah kesyahduan suasana. Kepala sekolah berdiri tegak di atas podium, suaranya bergetar saat menyampaikan pesan sejarah. Ia mengingatkan kembali momen bersejarah pada tahun 1945, ketika para ulama mendeklarasikan Resolusi Jihad, menyerukan semangat perjuangan melawan penjajahan. “Semangat jihad para santri bukan dengan senjata, tetapi dengan ilmu dan akhlak,” ucapnya lantang, disambut sorak takbir dari para siswa.

Bus Tabrak Truk Gandeng di Jembatan Suramadu, Dua Tewas dan Dua Luka Berat

 

Tak hanya sekadar seremoni, peringatan ini juga menjadi momentum refleksi diri. Para guru, staf, dan siswa larut dalam kebersamaan — mengingatkan bahwa menjadi santri bukan hanya soal belajar agama, tetapi juga membentuk karakter dan budi pekerti.

Ciduk Pengedar Sabu, Masyarakat : Kapan Bandarnya Diciduk?

 

Selepas apel, suasana berubah syahdu ketika puluhan siswa melangkah menuju masjid sekolah. Di sana, mereka menggelar ngaji Al-Qur’an bersama, berharap hati dan pikiran mereka senantiasa diterangi cahaya ilmu.

 

Kepala SMA Negeri 1 Bangkalan, Jumali, menegaskan makna peringatan ini bukan hanya seremonial belaka. “Kami ingin menanamkan jiwa santri dalam diri siswa. Santri itu sopan, berakhlak, berilmu, dan pantang menyerah,” ujarnya penuh semangat.

 

Sementara itu, Nouval Dava Syakib, perwakilan OSIS, mengaku bangga bisa menjadi bagian dari peringatan ini. “Kami ingin meneladani semangat juang para santri zaman dahulu. Belajar sungguh-sungguh adalah bentuk perjuangan kami hari ini,” katanya dengan mata berbinar.

 

Hari itu, sarung bukan sekadar pakaian — ia menjadi simbol kebanggaan. Semangat santri tak hanya hidup di pondok pesantren, tapi juga di hati para pelajar di sekolah umum. Bangkalan seakan bergetar oleh lantunan doa dan semangat perjuangan yang diwariskan para ulama.