Praktik Curang SPBU Dikepulauan Sumenep, Disinyalir Pertamina Tutup Mata

SPBU di pulau Ra'as Sumenep
Sumber :

Surabaya-, Garda Satu Jawa Timur menyoroti keras dugaan praktik penyimpangan dan penyelewengan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di wilayah kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep.

Laka Maut Suramadu, Korlantas Polda Jatim : Diduga Kuat Sopir Bus Mengantuk

 

Dua Agen Premium Minyak dan Solar (APMS) di Kecamatan Arjasa diduga kuat selama bertahun-tahun tidak pernah melakukan penjualan BBM melalui dispenser resmi, melainkan menyalurkan BBM subsidi langsung kepada pengepul menggunakan drum dan jerigen.

Bus Tabrak Truk Gandeng di Jembatan Suramadu, Dua Tewas dan Dua Luka Berat

 

Yang lebih memprihatinkan, praktik tersebut dibiarkan terjadi tanpa tindakan tegas dari pihak Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Timur.

Ciduk Pengedar Sabu, Masyarakat : Kapan Bandarnya Diciduk?

 

Kondisi ini menimbulkan dugaan kuat adanya pembiaran sistematis bahkan permainan mafia BBM di tubuh lembaga pengawas energi tersebut.

 

Frangki Lumbanraja, Wakil Ketua Garda Satu Jawa Timur, menyatakan bahwa sikap diam Pertamina atas pelanggaran yang sudah berlangsung bertahun-tahun merupakan bentuk kelalaian serius dan indikasi keterlibatan oknum.

 

“Dua APMS di Arjasa Kangean sudah bertahun-tahun tidak menjual BBM lewat dispenser. Mereka menyalurkan langsung ke pengepul memakai drum. Masyarakat sudah lama melapor, tapi Pertamina tidak pernah bertindak. Itu bukan kelalaian, tapi pembiaran yang mencurigakan,” tegas Frangki Lumbanraja di Surabaya.

 

Ia menambahkan bahwa akibat praktik ilegal ini, masyarakat kepulauan menjadi korban paling nyata.

 

Harga Solar subsidi di tingkat masyarakat mencapai Rp12.000 per liter, jauh di atas harga resmi Rp6.800 per liter.

 

“BBM subsidi dijual lebih mahal dari BBM industri. Rakyat dirugikan, negara rugi ratusan miliar. Ini kejahatan ekonomi yang harus segera diusut,” ujarnya.

 

Sebelumnya, ada juga beberapa APMS/SPBU yang dikritisi oleh masyarakat Kepulauan Sumenep, pihak Pertamina Surabaya tidak menanggapi upaya konfirmasi dari redaksi madura.viva.co.id hingga saat ini.