Mitos 'Inyiak Balang'Dalam Bingkai Fotografi, Warisan Budaya Rakyat Minangkabau

Mitos "Inyiak Balang" Minangkabau Sumatera
Sumber :

 

Praktik Curang SPBU Dikepulauan Sumenep, Disinyalir Pertamina Tutup Mata

Untuk menggali dan merasakan makna yang lebih dalam lagi terhadap apa yang menjadi objek penelitian ini, Andri Mardiansyah juga menggunakan pendekatan fenomenologi yang berakar pada pemikiran Edmund Husserl.

 

DUA SISWA SMK DI BANGKALAN BERKELAHI HEBAT, DIPICU SALING EJEK DI MEDSOS

Andri menyebut, selain menggunakan pendekatan fenomenologi, pengembangan karya dalam tesis ini, juga mengadopsi kajian realisme magis yang mengisyaratkan dimensi mistis. 

 

Peringatan Hari Sumpah Pemuda, UTM Lantik Dekan dan Direktur Pascasarjana

Istilah magical realism atau realisme magis kata Andri, mulanya diperkenalkan melalui dunia lukis oleh kritikus seni Jerman, Franz Roh pada tahun 1925. 

 

"Franz Roh menegaskan bahwa, aspek terpenting dalam lukisan realisme magis adalah misteri pada objek konkret yang harus dimunculkan dalam bentuk lukisan realis,"tutur Andri. 

 

Lebih lanjut Andri menambahkan bahwa, terdapat 18 karya foto yang diajukan saat sidang laporan akhir atau tesis. Dari 18 karya tersebut, 10 diantaranya merupakan karya utama atau karya yang berkaitan langsung dengan mitos inyiak balang dan 8 karya lainnya merupakan karya pendukung.

 

"18 karya foto itu sudah dipamerkan di Gedung Pertunjukan Hoeridjah Adam, ISI Padang Panjang. Juga dilengkapi dengan buku tematik visual, poster dan infografis. Pameran ini bagian dari proses penciptaan karya tugas akhir,"tambah Andri

 

Terkait dengan pameran yang sudah diselenggarakan pada Jumat 18 Juli 2025, menurut Andri juga didukung oleh Tropical Forest Conservation Action­-Sumatera (TFCA-Sumatera) yang merupakan pelaksanaan program konservasi hutan dan spesies dengan sumber pendanaan dari  pengalihan pembayaran utang untuk lingkungan (Debt-for-­Nature Swap) berdasarkan perjanjian bilateral antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia di 13 bentang alam prioritas Sumatera. 

 

Andri berharap, laporan tesis dan seluruh karya ini, tidak hanya memperkaya khazanah seni khususnya fotografi, tetapi juga menjadi jembatan pemahaman yang lebih baik antara masyarakat, budaya, dan upaya konservasi Harimau Sumatera.

 

"Narasi yang menceritakan soal mitos inyiak balang, akan terus ada. Meski kemudian ia dianggap entitas sakral yang harus dihormati, jangan lupa bahwa ia juga satwa yang kian hari eksistensinya kian terancam. Jaga dan lindungilah, jangan sampai mengikuti jejak saudaranya dari tanah Bali dan Jawa, mati lalu punah,"tutup Andri Mardiansyah.